Pages

Thursday, May 8, 2014

Masih adakah Guru Yang Menangis ?



Tunjangan profesi guru yang diberikan pemerintah kepada guru yang telah lulus proses sertifikasi sudah dibayarkan untuk triwulan I (satu ). Ada raut kebahagiaan bagi guru-guru kita yang mengabdi didunia pendidikan.

Tunjangan profesi adalah sebuah impian dan dambaan untuk pengurang beban ekonomi guru-guru. Bahkan semua pengeluaran telah dilakukan sebelumnya dengan label nantinya dengan uang tunjangan profesi. Begitulah yang penulis dengar dari cerita-cerita para guru dilingkungan penulis. Ironis ya, memang begitulah kenyataannya selama ini. Desakan kebutuhan hidup, guru dengan gaji yang diterima sebagian besar telah dijadikan jaminan kredit untuk membangun rumah, biaya kuliah anak dan tak tertutup kemungkinan membeli kendaraan. Dengan gaji bulanan yang jumlahnya sudah dipotong pembayaran angsuran atau utang tentunya tidak membuat lebih baik secara perekonomian yang semakin hari semakin berat.

Memang, manusia sudah ditakdirkan tidak akan pernah puas. Uang tak pernah cukup, keinginan tidak pernah henti. Begitulah adanya, walau sudah mendapat tunjangan profesi senyum guru hanya sebentar, saat melihat angka di rekening bank. Setelah itu banyak kewajiban dan pengeluaran yang harus dibayar.

Kalau tunjangan profesi itu memang  diterima secara rutin tentu tidak menjadi terlalu bermasalah. Seandainya ada persyaratan dan kondisi tidak dibayarkan bagaimana? Sementara kita telah mengeluarkan dana sebelum menerima uangnya. Bisa-bisa nanti stress,  mirip nantinya dengan para calon legislatif yang gagal tempo hari.


Nah, ada hikmah yang perlu kita petik. Syukurilah rezki yang kita peroleh yang telah kita terima. Tahanlah hawa nafsu untuk pengeluaran yang sumbernya belum pasti. Agar pengaturan ekonomi keluarga tidak menyebabkan beban pikiran yang lain. Hingga betapa nikmatnya jika ada rezki berlebih. Sebaliknya menerima rezki yang belum pasti tetapi telah dibebani kewajiban yang menunggu, akhirnya rasa syukur akan berkurang.


Akhir kata, kepada kawan-kawan guru, manfaatkanlah uang tunjangan profesi dengan bijak dengan tidak merubah hakikat kita sebagai guru. Manusia yang ditiru dan digugu. Mudah-mudahan dengan tunjangan profesi yang kita harapkan berjalan lancar tidak ada lagi guru yang menangis….

No comments:

Post a Comment