Pages

Tuesday, April 29, 2014

Renungan Hari Pendidikan


Kita mengetahui momentum 2 Mei adalah hari Pendidikan Nasional. Merupakan peristiwa bersejarah tentang pendidikan Indonesia yang diperingati sampai sekarang.

Hari Pendidikan yang akan diperingati untuk tanggal 2 Mei 2014 bertemakan Pendidikan Untuk Peradaban Indonesia Yang Unggul. (Sumber : Kemdikbud RI)

Tentu ini merupakan waktu yang buat renungan kita masalah pendidikan di Indonesia. Pendidikan yang telah melahirkan para pemikir bangsa,para penata negara dan pengisi pembangunan.

Memang akhir-akhir ini perbincangan masalah pendidikan sangat populer mulai dari masalah UN, sertifikasi Guru dan terakhir masalah pergantian kurikulum 2013.

Terlepas dari semua itu, kita hanya memandang pendidikan secara menyeluruh saja. Pendidikan kita yang seakan terpuruk. Pengelolaan pendidikan telah terkena imbas politik sampai ke daerah-daerah. Pendidikan bukan lagi menempatkan posisi utama mencerdaskan anak bangsa yang berkarakter baik. Hasilnya, banyak terjadi tawuran, pelecehan dan segala bentuk peristiwa yang tidak seharusnya ada dalam koridor pendidikan.

Masalah kejujuran, budi pekerti  sedikit mendapat porsi didunia pendidikan. Sekolah seakan memiliki sistem yang tidak bisa dibendung dari ketidak jujuran. Merupakan mata rantai yang tak bisa terlepas sampai ke daerah. Hal ini tentu dipengauhi oleh indikator keberhasilan suatu lembaga pendidikan, keberhassilan pejabat pengelola pendidikan adalah hasil dari pemetaan perolehan Nilai Murni Siswa ( NEM ) nilai siswa yang tinggi atau kelulusan siswa yang tinggi dianggap para pengelolanya berhasil dengan baik.

Dibalik itu semua, kita telah mendustai bangsa.
Keberhasilan lain berorientasi pada tampilan sekolah yang bagus, fasilitas yang lengkap, bersih. Padahal semua adalah dianggarkan, dibiaya oleh negara. Tetapi dianggap juga merupakan keberhasilan sekolah. Tentu hal ini kurang tepat juga, bagi sekolah yang memiliki fasiltas dan daya juang untuk memperoleh bantuan dari pemerintah sepertinya dianggap tidak berhasil. Bukan berarti pula sekolah yang memperoleh bantuan yang besar adalah prestasi juga. Ada juga karena kedekatan dengan para pengambil keputusan.

Satu pernyatan yang mungkin keliru, adanya kastanisasi sekolah. Pengelompokan kemampuan, peringkat sekolah, bukanlah pendidikan seutuhnya. Pendidikan tidak mengenal kastanisasi, tidak mengenal persaingan tetapi maju bersama berkolaborasi dan bersosialisasi membentuk kemampuan dan karakter yang baik. Jangan tanamkan “persaingan”

Memang pendidikan bukan hanya tugas pemerintah yang diembankan kepada lembaga pendidikan semata. Ada peran orang tua dan masyarakat. Orang tua yang memberi pendidikan sejak dini, memberikan  pendidikan yang paling mendasar. Dan masyarakat memberi pula pembelajaran dalam hidup beradap.

Untuk itu mari kita tingkatkan konstribusi dalam pendidikan anak bangsa ini mulai dari yang terkecil keluarga, menanamkan karakter dan peradapan yang baik. Memberi contoh tauladan yang baik pula. Hingga nantinya anak-anak Indonesia menjadi kaum intelektual yang bermartabat.

No comments:

Post a Comment