Pages

Thursday, April 3, 2014

Mempertanyakan Loyalitas Bawahan

Yufrizal,*) 

Seperti hari-hari biasa aku makan siang di kantin sebelah komplek perkantoran pemerintah tempatku bekerja. Warung ini biasa ramai, banyak para staf pegawai yang makan minum, baik jadwal makan siang maupun jam-jam sarapan pagi. Enaknya dikantin ini makan minum bisa dicatat saja dulu, nanti sudah gajian atau menerima honor dari kantor baru dibayar.

Menunya juga aneka ragam, mulai segala sejenis jus, makanan ringan mie rebus, nasi goring dan tentunya menu makan siang lengkap. Kadang kala ada juga menu yang special yang dibuat waktu tertentu seperti sup atau gulai "babat".

Mayoritas pelanggan kantin adalah level kepala seksi kebawah, jarang juga para eselon III apalagi eselon II yang ikut nimbrung. Mungkin makannya ditempat lain yang lebih kelihatan eklusif, atau makan bekal dari rumah. Mungkin juga telah disediakan asistennya masing-masing, kita tidak tahu. Atau tidak makan siang sama sekali. Hehehe..


Berbagai cerita dan gossip terhangat dilansir dikantin, wah, ini sudah biasa. Cerita ngalor ngidulpun banyak. Cerita hobby, cerita perjalanan dinas luar, atau cerita dana honor ngak ngak keluar-keluar. Aneka permasalahan dan gossip sudah biasa terlansir dan terespon spontan dari para tamu. Keakrabatan mudah sekali terjalin, mereka sudah seperti saudara dan saling menimpali pembicaraan sambil menikmati hidangan.

Saya juga sering dikantin ini, tapi lebih banyak menjadi pendengar yang baik. Karena mereka rata-rata usia muda tentunya lebih bersemangat dan antusias.sesekali tentunya saya juga ikut sepanjang topic pembicaraan dapat saya kuasai dan memiliki data dan informasi yang cukup.

Secara umum dari yang saya amati para adik-adik dikantin ini pembicaraan lebih banyak menyinggung atasan masing-masing. Entah apa yang sebenarnya ada dalam benak mereka, yang pastinya membicarakan atasan itu terkesan lebih menarik dan paling hot.

Materinya tentu bukan hanya dari sisi negatif saja, banyak juga yang memaparkan sisi baik dan mengangkat nama baik dan kinerja bersama atasan. Entah mereka satu komunitas dengan atasan, ada hubungan kekeluargaan atau bisa saja nyoblos partai yang sama.

Hal ini jadi pikiran bagi saya, apa sebenarnya yang perlu kita sikapi.
Memang sudah hukum alam, tidak ada manusia yang sempurna termasuk kita dan para atasan dan pimpinan kita. Tetapi setidaknya kita sebagai manusia tentu wajib untuk selalu berubah kearah yang lebih baik. Untuk itu kita perlu terus belajar, mendengar, bersabar dan beberapa hal lain yang mengarah kepada peningkatan kualitas diri.

Permasalahan memiliki banyak variable, pimpinan era sekarang setidaknya ada sedikit pergeseran dari nilai-nilai dan tata aturan. Ada yang dipengaruhi oleh faktor politis juga, kekeluargaan dan komunitas. Terlepas dari pendekatan manapun jika sudah menjadi pimpinan otomatis tentunya menjadi panutan dan pengarah bagi bawahan. Memiliki sikap dan pribadi professional.

Secara umum dari fenomena di warung itu sebenarnya terletak dari sisi lemah yang muncul kepermukaan.

Pertama Terjadinya krisis ke tidak percayaan terhadap komitmen atasan atas semua aktifitas kantor. Sebagian mereka menganggap atasan tidak memiliki komitmen. Berlaku tidak dengan kepastian yang jelas, bertindak ragu-ragu.

Kedua, para bawahan merasa atasan tidak memegang teguh konsistensi, kebijakan yang berubah-rubah tanpa melibatkan anggota. Partisipatoris, membuat keputusan tanpa konsultasi dan melibatkan orang lain atau bawahan. Ada perbedaan perlakuan, biasanya terhadap orang-orang terdekat.

Ketiga, masih rendahnya penghargaan atau reward yang diberikan kepada bawahan, dalam artian tidak berupa materi saja. Tetapi penghargaan berupa pujian, terimakasih. Padahal bawahan sudah bekerja maksimal, ditanggapi biasa seolah-olah semua merupakan tanggungjawab atas pendelegasian tugas saja.

Keberhasilan bawahan merupakan keberhasilan atasan, tetapi jika terjadi kekeliruan yang kelirunya bawahan. Belum proporsionalnya antara kritik dan reward.

Tentunya dari beberapa sisi lemah ini sangat diperlukan keterbukaan diri utuk memperbaikinya. Rendahnya penghargaan dan loyalitas bawahan tentu tergantung kepada cara seorang pimpinan itu sendiri. Dan bukan berarti seorang bawahan adalah makluk yang sempurna.

Keberhasilan dan kesuksesan sesesorang itu dipengaruhi oleh Pendidikan, Penguasaan terhadap Aturan atau Perundangan, loyalitas dan Penghargaan. Terimakasih


 *) yang hanya berkicau, dan mendengar kicauan

No comments:

Post a Comment