Yufrizal,*)
Seperti
hari-hari biasa aku makan siang di kantin sebelah komplek perkantoran
pemerintah tempatku bekerja. Warung ini biasa ramai, banyak para staf pegawai
yang makan minum, baik jadwal makan siang maupun jam-jam sarapan pagi. Enaknya
dikantin ini makan minum bisa dicatat saja dulu, nanti sudah gajian atau
menerima honor dari kantor baru dibayar.
Menunya juga
aneka ragam, mulai segala sejenis jus, makanan ringan mie rebus, nasi goring
dan tentunya menu makan siang lengkap. Kadang kala ada juga menu yang special
yang dibuat waktu tertentu seperti sup atau gulai "babat".
Mayoritas
pelanggan kantin adalah level kepala seksi kebawah, jarang juga para eselon III
apalagi eselon II yang ikut nimbrung. Mungkin makannya ditempat lain yang lebih
kelihatan eklusif, atau makan bekal dari rumah. Mungkin juga telah disediakan
asistennya masing-masing, kita tidak tahu. Atau tidak makan siang sama sekali.
Hehehe..
Berbagai cerita
dan gossip terhangat dilansir dikantin, wah, ini sudah biasa. Cerita ngalor
ngidulpun banyak. Cerita hobby, cerita perjalanan dinas luar, atau cerita dana
honor ngak ngak keluar-keluar. Aneka permasalahan dan gossip sudah biasa terlansir
dan terespon spontan dari para tamu. Keakrabatan mudah sekali terjalin, mereka
sudah seperti saudara dan saling menimpali pembicaraan sambil menikmati
hidangan.
Saya juga sering
dikantin ini, tapi lebih banyak menjadi pendengar yang baik. Karena mereka
rata-rata usia muda tentunya lebih bersemangat dan antusias.sesekali tentunya
saya juga ikut sepanjang topic pembicaraan dapat saya kuasai dan memiliki data
dan informasi yang cukup.
Secara umum dari
yang saya amati para adik-adik dikantin ini pembicaraan lebih banyak
menyinggung atasan masing-masing. Entah apa yang sebenarnya ada dalam benak
mereka, yang pastinya membicarakan atasan itu terkesan lebih menarik dan paling
hot.
Materinya tentu
bukan hanya dari sisi negatif saja, banyak juga yang memaparkan sisi baik dan
mengangkat nama baik dan kinerja bersama atasan. Entah mereka satu komunitas
dengan atasan, ada hubungan kekeluargaan atau bisa saja nyoblos partai yang
sama.
Hal ini jadi
pikiran bagi saya, apa sebenarnya yang perlu kita sikapi.
Memang sudah
hukum alam, tidak ada manusia yang sempurna termasuk kita dan para atasan dan
pimpinan kita. Tetapi setidaknya kita sebagai manusia tentu wajib untuk selalu
berubah kearah yang lebih baik. Untuk itu kita perlu terus belajar, mendengar,
bersabar dan beberapa hal lain yang mengarah kepada peningkatan kualitas diri.
Permasalahan memiliki
banyak variable, pimpinan era sekarang setidaknya ada sedikit pergeseran dari
nilai-nilai dan tata aturan. Ada yang dipengaruhi oleh faktor politis juga,
kekeluargaan dan komunitas. Terlepas dari pendekatan manapun jika sudah menjadi
pimpinan otomatis tentunya menjadi panutan dan pengarah bagi bawahan. Memiliki sikap
dan pribadi professional.
Secara umum dari
fenomena di warung itu sebenarnya terletak dari sisi lemah yang muncul kepermukaan.
Pertama Terjadinya
krisis ke tidak percayaan terhadap komitmen atasan atas semua aktifitas kantor.
Sebagian mereka menganggap atasan tidak memiliki komitmen. Berlaku tidak dengan
kepastian yang jelas, bertindak ragu-ragu.
Kedua, para
bawahan merasa atasan tidak memegang teguh konsistensi, kebijakan yang berubah-rubah
tanpa melibatkan anggota. Partisipatoris, membuat keputusan tanpa konsultasi
dan melibatkan orang lain atau bawahan. Ada perbedaan perlakuan, biasanya
terhadap orang-orang terdekat.
Ketiga, masih
rendahnya penghargaan atau reward yang diberikan kepada bawahan, dalam artian
tidak berupa materi saja. Tetapi penghargaan berupa pujian, terimakasih.
Padahal bawahan sudah bekerja maksimal, ditanggapi biasa seolah-olah semua
merupakan tanggungjawab atas pendelegasian tugas saja.
Keberhasilan
bawahan merupakan keberhasilan atasan, tetapi jika terjadi kekeliruan yang
kelirunya bawahan. Belum proporsionalnya antara
kritik dan reward.
Tentunya dari
beberapa sisi lemah ini sangat diperlukan keterbukaan diri utuk memperbaikinya.
Rendahnya penghargaan dan loyalitas bawahan tentu tergantung kepada cara seorang
pimpinan itu sendiri. Dan bukan berarti seorang bawahan adalah makluk yang
sempurna.
Keberhasilan dan
kesuksesan sesesorang itu dipengaruhi oleh Pendidikan,
Penguasaan terhadap Aturan atau Perundangan,
loyalitas dan Penghargaan. Terimakasih
*) yang hanya berkicau, dan mendengar kicauan
No comments:
Post a Comment