Bullying. Satu kata itu pasti anda pernah
mendengarnya atau mungkin pernah mengalaminya. Jika diartikan, bully berarti
tindakan mengancam atau mengintimidasi seseorang baik itu lewat kata-kata,
bahkan hingga kekerasan secara fisik. Mengucilkan seseorang juga termasuk salah
satu bentuk bulying. Sangat mudah melihat ciri-ciri korban bully pada anak usia
awal sekolah dasar. Karena pada masa ini adalah masa awal dimana seorang anak
akan memasuki babak baru dalam hidupnya, dan terjun ke masyarakat yang lebih
kompleks.
Salah satu gejala yang paling mudah dilihat apabila seorang anak
menjadi korban bullying adalah dari tingkah lakunya yang berbeda. Mungkin ia
jadi sedikit pendiam, atau malah ia menjadi sangat emosional. Pola makan dan
pola tidurnya berubah dan ia kehilangan semangat untuk beraktivitas. Semua itu
menunjukkan adanya stress yang ada di pikirannya. Stress tersebut bisa jadi merupakan
akumulasi dari rasa tidak aman, rasa takut, rasa tertekan, dan keinginan untuk
melawan yang tertahan. Efek seperti itu yang dikhawatirkn akan membawa sikap
antisosial bagi si anak saat ia tumbuh dewasa.
Untuk mengatasinya, ada beberapa langkah yang
bisa dilakukan, misalnya anda bisa menanamkan kepercayaan diri bagi anak anda.
Biasakan melatih kepercayaan diri anak dengan cara sderhana, seperti meminta
anak anda menceritakan aktivitasnya di sekolah hari ini. Hal ini akan
menumbuhkan jiwa yang percaya diri bagi anak anda, dan juga membuat anak anda
lebih vokal dalam mengutarakan pendapat.
Tanamkan juga pengetahuan untuk mempertahankan
diri. Ajarkan anak anda kemana harus melapor jika ia mendapat perlakuan yang
tidak menyenangkan. Ajari juga anak anda untuk bisa melawan, bukan berarti anak
anda harus menjadi anak yang nakal. Berenang atau latihan bela diri dapat
menumbuhkan sikap yang berani dan mampu mempertahankan diri. Bullying juga bisa
terjadi di lingkungan kerja
Kasus bullying memang kerap kali terjadi. Dan
tindakan itu juga meninggalkan efek yang berarti bagi pelaku maupun korbannya.
Seorang yang berhasil saya hubungi misalnya, ia adalah pelaku bullying semasa
sekolah dulu. Ia mengatakan saat itu rasanya membully seseorang hanyalah untuk
bercanda. Namun ketika dampaknya begitu serius, timbul rasa menyesal yang
hingga hari ini tak bisa ia lupakan. Saat bertemu korban bully-nya di reuni
sekolah, ia serasa tak punya muka untuk menghadapi temannya itu.
Lain halnya dengan Sigit, mahasiswa jurusan
Bahasa Inggris di sebuah universitas di Jakarta yang saya hubungi via telpon
ini mengaku tindakan bullying yang pernah dialaminya meninggalkan efek yang
positif. Semasa sekolah, ia lebih sering bermain dengan teman perempuannya,
sehingga teman-teman laki-lakinya menyebut Sigit kurang jantan. Hal tersebut
justru menjadi pacuan bagi Sigit untuk bisa lebih berprestasi di bidang
akademis. Sigit menunjukkan bahwa ia mampu berprestasi lebih dari mereka yang
membully dirinya.
Sumber: http://uniqpost.com
Sumber: http://uniqpost.com
No comments:
Post a Comment